Laut Makassar, dari Hamparan Biru Jadi Beton dan Hunian Elit ? Siapa yang Menjual ?
MAKASSAR (MEDIA INDONESIA HEBAT) Makassar dulu dikenal dengan lautnya yang terbentang luas, biru, dan menjadi napas kehidupan masyarakat pesisir. Namun kini, wajah Laut Makassar telah banyak berubah. Area yang dulunya terbuka dan menjadi ruang publik, pelan tapi pasti berubah menjadi deretan bangunan tinggi, pusat bisnis, hingga perumahan elit dengan nilai jual yang fantastis.
Pertanyaannya sederhana namun tajam : siapa yang menjual laut sehingga bisa seperti ini ? Bagaimana mungkin kawasan yang dulunya milik bersama, ruang hidup nelayan, dan bagian dari ekosistem pesisir, kini menjadi “ajang bisnis” segelintir pihak ? Siapa mereka ?
Gambar hamparan laut yang sudah berjejer bangunan, diambil dari lantai 8 gedung., Selasa 2/9/2025. (Dok:MIH/Foto.S.Kadir Sijaya)Fenomena reklamasi dan alih fungsi kawasan pesisir jelas terlihat di depan mata. Dari ujung Pantai Losari hingga ke arah Tanjung Bunga, berdiri hotel megah, apartemen, hingga kompleks perumahan elit. Harga satu unit rumah di kawasan tersebut bisa mencapai miliaran rupiah, jauh dari jangkauan masyarakat biasa, apalagi nelayan yang dulunya mencari nafkah di perairan itu.
Alih fungsi laut ini tentu tidak terjadi begitu saja. Ada proses panjang—izin, regulasi, bahkan transaksi—yang membuat laut berubah menjadi daratan komersial.
Laut, yang seharusnya menjadi milik bersama, kini tampak seolah menjadi “barang dagangan” yang diprivatisasi.
Dampaknya pun terasa nyata. Nelayan semakin terpinggirkan, akses publik ke laut makin terbatas, dan lingkungan pesisir menghadapi tekanan berat akibat reklamasi.
Ekosistem laut terganggu, biota laut kehilangan habitat, sementara masyarakat kota hanya bisa menyaksikan beton yang terus menjulang menutupi pandangan ke cakrawala.
Dalam kondisi seperti ini, wajar jika publik bertanya:
- Apakah pembangunan besar-besaran di kawasan laut Makassar benar-benar berpihak pada kepentingan rakyat?
- Apakah proses jual beli laut dilakukan dengan transparan?
- Atau justru ada kepentingan segelintir orang yang menjadikan laut sebagai lahan bisnis pribadi?
Laut Makassar adalah identitas kota, bukan sekadar ruang kosong yang bisa dijadikan komoditas. Jika pemerintah kota dan daerah tidak menata dengan hati-hati, maka wajah Makassar yang dulunya dikenal dengan pesona lautnya akan hilang, tergantikan oleh dinding beton yang hanya ramah bagi kalangan berduit.
Kini, pilihan ada di tangan pemerintah dan masyarakat. Apakah kita akan membiarkan Laut Makassar terus dijual, ataukah berdiri untuk mempertahankan hak publik atas ruang pesisir yang seharusnya dimiliki bersama ? Tunggu penelusuran selanjut nya. (RED/MIH/KS)
0 komentar :
Posting Komentar